Menemui rakyat dan mengunjungi rakyatnya memang sudah menjadi tugas dan kewajiban para pemimpin. Turun ke rakyat langsung seperti yang dilakukan Gubernur Jokowi atau Presiden SBY yang akhir-akhir ini mulai ramai dibicarakan. Ternyata pada jaman khalifah blusukan atau apapun sebutannya sudah sering dilakukan oleh khalifah Umar Bin Khatab.
Blusukan Pemimpin
Blusukan
ala Jokowi sudah dilakukan sejak tujuh tahun lalu saat masih di Solo
sebagai Walikota. Jokowi melanjutkan kegiatan itu di DKI dalam tiga
bulan terakhir ini sebagai Gubernur. Catatan media menunjukkan, selama
tiga bulan menjabat, Jokowi lebih banyak di lapangan katimbang di balik
meja.
Sementara itu, blusukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) ke Kampung Nelayan di Tangerang, beberapa waktu lalu ternyata
menimbulkan bahasan hangat. Banyak yang mengatakan sidak SBY tersebut
mengekor apa yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi).
Bagi pendukung SBY, mereka menolak SBY disebut mengekor Jokowi,
sedangkan pendukung Jokowi menilai, gaya blusukan Jokowi lebih kece.
Umar Bin Khotob Sudah Blusukan 13 Abad Lalu
Sebagai umat Islam, kita tidak perlu takjub sambil bilang ‘WOW’ ketika
membaca berita blusukan SBY atau Jokowi. Tiga belas abad lampau, umat
Islam sudah punya pemimpin yang menjadi panutan dan sudah melakukan
‘blusukan’ langsung kepada rakyatnya, tanpa tendensi ‘pencitraan’
apalagi liputan media, tentu saja karena saat itu belum ada media massa
seperti saat ini.
Pemimpin umat Islam yang kita maksudkan adalah Khalifah Umar Bin Khottob radhiyallahu ‘anhu.
Pengganti Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah
satu penasehat kepalanya. Setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634,
Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam
sejarah Islam.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam
tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan
sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang
mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir,
Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi
(Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi.
Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah
pimpinan Umar.
Blusukan Umar bin Khottob
Umar adalah sosok
pemimpin teladan yang sangat mengerti kepentingan rakyatnya. Padahal ia
sendiri hidup dalam kondisi sangat sederhana. Pada suatu malam, sudah
menjadi kebiasaan bahwa Khalifah Umar bin Khattab sering berkeliling
mengunjungi, menginvestigasi kondisi rakyatnya dari dekat.
Nah,
pada suatu malam itu, ia menjumpai sebuah gubuk kecil yang dari dalam
terdengar suara tangis anak-anak. Ia pun mendekat dan mencoba untuk
memperhatikan dengan seksama keadaan gubuk itu.
Dialog Umar bin Khattab dengan seorang Ibu.
Ternyata dalam gubuk itu terlihat seorang ibu yang sedang memasak, dan
dikelilingi oleh anak-anaknya yang masih kecil. Si ibu berkata kepada
anak-anaknya,
“Tunggulah…! Sebentar lagi makanannya matang.” Sang
Khalifah memperhatikan dari luar, si ibu terus menerus menenangkan
anak-anaknya dan mengulangi perkataannya bahwa makanan yang dimasaknya
akan segera matang. Sang Khalifaf menjadi sangat penasaran, karena yang
dimasak oleh ibu itu tidak kunjung matang, padahal sudah lama dia
memasaknya.
Akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk menemui ibu
itu, “Mengapa anak-anakmu tidak juga berhenti menangis, Bu..?” tanya
Sang Khalifah.
“Mereka sangat lapar,” jawab si ibu.
“Kenapa tidak cepat engkau berikan makanan yang dimasak dari tadi itu?” tanya Khalifah.
“Kami tidak ada makanan. Periuk yang dari tadi aku masak hanya berisi
batu untuk mendiamkan mereka. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu
berisi makanan, dengan begitu mereka akan berhenti menangis karena
kelelahan dan tertidur.” jawab si ibu.
Setelah mendengar jawab si ibu, hati sang Kahlifah Umar bin Khattab serasa teriris. Kemudian Khalifah bertanya lagi,
“Apakah ibu sering berbuat demikian setiap hari?”
“Iya, saya sudah tidak memiliki keluarga atau pun suami tempat saya bergantung, saya sebatang kara…,” jawab si ibu.
Hati dari sang Khalifah laksana mau copot dari tubuh mendengar
penuturan itu, hati terasa teriris-iris oleh sebilah pisau yang tajam.
“Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah supaya ia dapat
meolong dengan bantuan uang dari Baitul Mal?” tanya sang khalifah lagi.
“Ia telah zalim kepada saya…,” jawab si ibu.
“Zalim….,” kata sang khalifah dengan sedihnya.
“Iya, saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat
kondisi rakyatnya. Siapa tahu ada banyak orang yang senasib dengan
saya!” kata si ibu.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian berdiri dan berkata, “Tunggulah sebentar, saya akan segera kembali.”
Bantuan dari Khalifah.
Di malam yang semakin larut dan hembusan angin terasa kencang, Sang
Khalifah segera bergegas menuju Baitul Mal di Madinah. Ia segera
mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya ditemani oleh
sahabatnya Ibnu Abbas. Sahabatnya membawa minyak samin untuk memasak.
Jarak antara Madinah denga rumah ibu itu terbilang jauh, hingga membuat
keringat bercucuran dengan derasnya dari tubuh Umar. Melihat hal ini,
Abbas berniat untuk menggantikan Umar untuk mengangkat karung yang
dibawanya itu, tapi Umar menolak sambil berkata, “Tidak akan aku biarkan
engkau membawa dosa-dosaku di akhirat kelak. Biarkan aku bawa karung
besar ini karena aku merasa sudah begitu bersalah atas apa yang terjadi
pada ibu dan anak-anaknya itu.”
Beberapa lama kemudian
sampailah Khalifah dan Abbas di gubuk ibu itu. Begitu sekarung gandum
dan minyak samin itu diserahkan, bukan main gembiranya mereka. Setelah
itu, Umar berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya
untuk mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui
Khalifah. Betapa sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa
lelaki yang telah menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri,
Khalifah Umar bin Khattab.
Segera saja si ibu minta maaf atas
kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya zalim terhadapnya.
Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang telah bersalah.
Begitulah contoh pemimpin dalam Islam. Kita sudah pernah punya Umar bin Khottob.
sumber
|
ryantato55
-
1/10/2013 11:21:00 AM
0 komentar:
Post a Comment