Sebagian orang masih mengganggap seks sebagai hal tabu, dan sering
dikaitkan dengan aktivitas orang dewasa yang belum pantas dilakukan
orang yang belum menikah. Itulah kenapa kemudian seks menjadi bahan
perbincangan yang dilakukan sembunyi-sembunyi.
Akibatnya, seks sering dikaitkan dengan mitos-mitos yang menjadi budaya masyarakat. Semakin sering didengar, semakin dianggap sebagai kebenaran. Padahal yang namanya mitos, belum tentu benar. Dengan pengetahuan seks yang baik (dalam bentuk pendidikan kesehatan reproduksi), maka mitos-mitos seperti ini sedikit demi sedikit akan hilang ditelan waktu. Nah, mitos apa saja yang sering beredar di masyarakat, berikut penjelasan dr Iwan Setyawan, konsultan seks dari Klinik Curhat, Semarang.
1. Mitos : Nafsu wanita lebih besar dari priaAkibatnya, seks sering dikaitkan dengan mitos-mitos yang menjadi budaya masyarakat. Semakin sering didengar, semakin dianggap sebagai kebenaran. Padahal yang namanya mitos, belum tentu benar. Dengan pengetahuan seks yang baik (dalam bentuk pendidikan kesehatan reproduksi), maka mitos-mitos seperti ini sedikit demi sedikit akan hilang ditelan waktu. Nah, mitos apa saja yang sering beredar di masyarakat, berikut penjelasan dr Iwan Setyawan, konsultan seks dari Klinik Curhat, Semarang.
Secara umum tidak ada perbedaan dorongan seks antara wanita maupun pria, karena secara hormonal mereka mempunyai kadar hormon seks estrogen, progesteron, maupun testoteron yang sama.
Barangkali secara ekspresi, wanita lebih malu untuk menunjukkan nafsu yang muncul, sehingga cenderung "menutupi" dan akhirnya tabungan nafsunya akan dikeluarkan secara meletup-letup pada saat melakukan hubungan seks dengan pasangan. Sebaliknya pria cenderung lebih ekspresif dan blak-blakan soal seks, sehingga membuat nafsu yang mereka tunjukkan terlihat "biasa-biasa saja."
2. Mitos : Wanita ras tertentu nafsunya lebih hebat
Nafsu atau dorongan seks yang hebat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain gizi yang baik, pikiran yang sehat, dan pengaruh lingkungan. Misalnya, seseorang yang sering mengakses sesuatu yang membuatnya terangsang akan meningkatkan dorongan seks lebih cepat dibanding seseorang yang tidak merasa perlu mendapatkan rangsangan-rangsangan seperti itu.
Kalaupun ada ras atau komunitas tertentu yang mempunyai dorongan seks yang tinggi dan kelihatan lebih hebat, pasti karena kebetulan lingkungan mereka sudah terbiasa terstimulus oleh hal-hal yang bersifat erotis, atau karena kebiasaan-kebiasaan yang sering mereka lakukan, seperti olah raga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat cukup. Pengetahuan seks yang baik juga sangat menentukan kehebatan seseorang pada saat melakukan hubungan seks.
3. Mitos : Posisi di atas membuat wanita cepat orgasme
Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan sebagian wanita setelah menikah jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan kepuasan seksual atau orgasme, dengan beberapa alasan. Misalnya hubungan seks yang terlalu cepat, kurang variatif, atau karena mood wanita kurang baik pada saat itu.
Salah satu kunci kepuasan seks pada wanita adalah hubungan seks yang menyenangkan dalam posisi yang menguntungkan, di mana wanita memungkinkan bisa menentukan arah penetrasi yang tepat, sehingga kepuasan seks lebih mudah didapatkan. Tidak selalu harus dalam posisi di atas atau woman on top. Posisi apa pun akan tetap mampu menimbulkan orgasme dan bahkan multiple orgasms, asal wanita dalam kondisi mood yang baik dan bergairah.
4. Mitos : Orgasme = G-spot
G-spot adalah titik erotis yang ditemukan oleh Grafenberg pada tahun 80-an, yang kemudian dianggap sebagai area yang memudahkan seorang wanita mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Para ahli menemukan bahwa bagian tersebut ternyata mengandung saraf-saraf yang sangat sensitif, yang apabila terangsang akan membuat wanita mengalami kepuasan luar biasa pada saat hubungan seksual. Padahal, kepuasan seksual wanita sangat banyak faktornya, antara lain mood yang baik, posisi yang menyenangkan, dan pemanasan yang cukup, tidak hanya dari area G-spot. Tetapi memang, titik G-spot akan sangat membantu wanita mendapatkan orgasme.
5. Mitos : Vagina kering lebih oke
Mitos seperti ini justru menjerumuskan, karena kondisi vagina yang sangat lembab dengan keasaman tertentu sangat dibutuhkan untuk kenyamanan seseorang pada saat beraktivitas fisik, termasuk aktivitas seksual. Bisa dibayangkan jika vagina dalam keadaan kering, tentu hubungan seks menjadi sangat tidak menyenangkan dan pasti menyakitkan. Maka, tak salah bila dalam hubungan seks wanita membutuhkan pemanasan yang cukup, ditunjang mood yang baik, lubrikasi atau keluarnya cairan pelumas sangat membantu kenyamanan dalam hubungan seks. Coba bayangkan jika hubungan seks dilakukan dalam keadaan vagina kering dan tidak mengeluarkan pelumas....
6. Mitos : Kehamilan ditentukan oleh orgasme wanita
Beberapa pasangan suami-istri yang sudah sekian lama menikah dan belum punya keturunan menanyakan, apakah gara-gara tidak pernah mencapai orgasme setiap berhubungan seks, membuat wanita tidak dapat hamil?
Faktanya, kehamilan tidak ditentukan oleh kepuasan seks, melainkan oleh pembuahan sel telur oleh sperma yang terjadi pada saat masa subur. Mereka berpikir bahwa pada saat orgasme terjadi pengeluaran sel telur yang siap dibuahi, padahal tidak demikian kenyatannya. Orgasme hanya mengeluarkan cairan yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar Bartholini dan tidak mengandung sel telur. Artinya, tidak ada kaitan atara kehamilan dengan orgasme seorang wanita.
sumber
|
ryantato55
0 komentar:
Post a Comment