Kembali
mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar
seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis.
“Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu,
tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan
RasulNya, Muhammad).
Ayah dan
ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk
berbicara kepada bayinya itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?).
Kemudian dengan
tenang sang bayi Syarifuddin menjawab:“No, I’m not Yesus. I’m created by God.
God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan
oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat
Kristen di Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua
kalimat syahadat.
Bocah Afrika kelahiran
1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu
sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat
dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu
berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia
pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal
pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan
diterima oleh Allah Swt.”
Syarifuddin Khalifah
hafal al-Quran 30 juz di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di
usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili.
Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai
bahasa tanpa harus diajarkan.
Latar Belakang Syarifuddin Khalifah
Mungkin Anda
terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman
modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan
bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun,
dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi
begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah
tanda kebesaran Allah Swt.
Syarifuddin
Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania
adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35
persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya
beragam kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran
Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua
adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.
Seperti
kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama
Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis
Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan
keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.
Sebagaimana
pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan
ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja
untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja.
Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan
suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama
usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong
jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya,
Muhammad).
Mendengar itu,
Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang
dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang.
Tidak jadi membaptisnya.
Awal Maret
1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak
disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika
tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran
Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada
penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau
minum ASI dari ibunya setelah dua bulan.
Di tengah
kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma”
atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai
mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan
Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan
berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun
lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.”
Orang-orang
yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam
keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca
Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54.
Domisia
khawatir anaknya kerasukan setan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun
tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian
cerita bayi kerasukan setan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim
yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga
membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud
syukur di dekat bayi itu.
“Francis dan
Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya
adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,”
kata Abu Ayub.
Beberapa waktu
setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan
kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua
butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya
mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka
memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.
Keajaiban
berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu
melakukan shalat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun,
ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan
safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya,
lebih dari seribu orang masuk Islam.
Kisah Nyata Syarifuddin Mengislamkan Ribuan Orang
Kisah nyata ini
terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di
lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun,
tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai
lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East
Africa.
Perjalanannya
ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri.
Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania.
Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi
tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube.
Orang-orang
agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil
yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil
yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya
seorang presiden.
Ribuan orang
yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit
orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga
karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik,
tetapi hafal al-Quran pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin
Khalifah secara langsung.
Ditemani Haji
Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan
masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin.
Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya
manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub
dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa.
Kinilah saatnya
Syaikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya,
berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium.
Setelah salam,
ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih,
diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar
takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi
ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada
seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka.
Selain pandai
menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama
lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks
ajaran dan keyakinannya selama ini.
Begitu ceramah
usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani
mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab
terdahulu. Sang Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan
itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di
sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang
perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu
an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.”
Syahadat agak
terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi
saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru
dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu
terdengar membahana di bumi Kenya.
Bukan kali itu
saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin
Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi.
Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk
Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun.
Para ulama dan habaib
sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah. Bahkan ulama besar seperti
al-Habib ali al-Jufri pun rela meluangkan waktunya untuk bertemu anak ajaib
yang kini remaja dan berjuang dalam Islam. (Dikutip dari buku Mukjizat dari
Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah).
Koleksi video Syarifuddin Khalifah saat kecil hingga dewasanya bisa
Anda lihat di saluran ini: http://www.youtube.com/channel/UCvBjZN8LVWwvPh4eLLxmY-w/videos
No comments:
Post a Comment